About me

Foto saya
now i'm 27 years old.. and i'm having fun..
Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 31 Agustus 2010

tes tes psikotes..

jadiiiiiiiiii..
tanggal 13 agustus 2010 kemaren aku tes psikotes di biro konsultasi psikologi TINARBUKA semarang..
hal ini dikarenakan aku penasaran sama hasil tes psikotesku sendiri!!!!!!!
aarrrgh.. susah emang jadi orang yang penasaran..

mau share ahh hasilnya d blogku.. xixixiiiii..
here we go..

Pada sisi inteligensinya, subyek menunjukkan kemampuan umum yang berkembang pada takaran rata-rata. Demikian juga aspek-aspek khususnya, tampak berkembang optimal. Kemampuan abstraksi yang merupakan dasar kemampuan berpikirnya, termasuk rata-rata. Demikian juga kemampuan analisa sintesanya yang akan membantu subyek pada tugas yang memerlukan kemampuan dalam pemecahan masalah. Cara berpikirnya cukup sistematis, sehingga alur berpikirnya juga akan mudah dipahami. Kemampuan khususnya pada tugas-tugas numerik dan administrasi umum termasuk rata-rata, demikian juga kecermatannya dalam mengadakan pengamatan.

Sementara gambaran pribadinya ditunjukkan dengan kepercayaan diri yang cukup berkembang. Demikian juga tanggungjawab dan kemampuannya dalam membina hubungan dengan orang lain. Dalam hal yang terakhir, diwarnai dengan kesediaan untuk berafiliasi dan untuk memahami orang lain. Hanya saja, subyek kurang memiliki kesediaan untuk membantu kesulitan orang lain dengan sukarela (-________-). Subyek juga termasuk kurang mengembangkan stabilitas emosi yang memadai. Ia akan memungkinkan untuk mudah berubah oleh pengaruh ataupun situasi sekitarnya. Termasuk pada situasi stres, cara dan hasil kerjanya akan memungkinkan untuk menurun. Dengan memperhatikan cara kerjanya, ditunjukkan dengan tempo kerja yang tinggi, hanya saja ketelitian kerjanya kurang terjaga.

Secara motivasional, subyek dapat diharapkan untuk selalu berupaya meraih yang terbaik yang mampu dilakukan. Disertai dengan sikap kerja yang disiplin, tertib dan tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia juga menunjukkan inisiatif yang cukup tinggi, dan akan lebih menikmati tugas-tugas yang variatif, yang memungkinkannya untuk selalu menemui ataupun mengalami hal-hal baru. Ia akan cukup terbuka terhadap masukan ataupun perubahan.

hohoOOOoo untuk Rp. 150.000 lumayan juga sih tapi ngga dicantumin aku cocoknya kerja d bagian apa.. huhuhuuu padahal pengen tau menurut psikotes aku cocoknya kerja di bagian apa.. dan hasilnya juga lumayan lama keluarnya.. hmmmmmm sepertinya sekali ini saja nyobain tes psikotes yang bayar sendiri..

akhir kata ngutip dari judul lagunya bondan ft. Fade2Black
ya sudahlah...............

Minggu, 22 Agustus 2010

Cara Abu Nawas Merayu Tuhan

Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya dengan ringan.

Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.

“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.

“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.

“Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.

“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai. Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.

Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama. “Manakah yang lebin utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ktiga itu lagi.

“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” ujar Abu Nawas kalem. Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.

***

Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu. “Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” katanya tidak mengerti.

Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.

“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.

“Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.

“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.

“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.

“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” tanyanya.

“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.

“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.

“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” ujar Abu Nawas.

“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.

“Doa itu adalah, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.” (Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar).

Banyak orang yang mengamalkan doa yang merayu Tuhan ini.