About me

Foto saya
now i'm 27 years old.. and i'm having fun..
Feeds RSS
Feeds RSS

Senin, 29 Juli 2013

tuh kan uda 2013.. lot's happened..

and lot's will be happening..

Rabu, 06 Oktober 2010

..I Will..

lagu jaman dulu emang ga ada matinya..
ga akan abis di makan jaman..
ga akan abis di makan usia..
ga akan abis di makan akuuuuu..

Who knows how long I've loved you
You know I love you still..
Will I wait a lonely lifetime
If you want me to, I will...

For if I ever saw you
I didn't catch your name ..
But it never really mattered
I will always feel the same...

Love you forever and forever
Love you with all my heart..
Love you whenever we're together
Love you when we're apart...

And when at last I find you
Your song will fill the air
Sing it loud so I can hear you
Make it easy to be near you
For the things you do endear you to me
Oh, you know, I will..
I will...

Selasa, 31 Agustus 2010

tes tes psikotes..

jadiiiiiiiiii..
tanggal 13 agustus 2010 kemaren aku tes psikotes di biro konsultasi psikologi TINARBUKA semarang..
hal ini dikarenakan aku penasaran sama hasil tes psikotesku sendiri!!!!!!!
aarrrgh.. susah emang jadi orang yang penasaran..

mau share ahh hasilnya d blogku.. xixixiiiii..
here we go..

Pada sisi inteligensinya, subyek menunjukkan kemampuan umum yang berkembang pada takaran rata-rata. Demikian juga aspek-aspek khususnya, tampak berkembang optimal. Kemampuan abstraksi yang merupakan dasar kemampuan berpikirnya, termasuk rata-rata. Demikian juga kemampuan analisa sintesanya yang akan membantu subyek pada tugas yang memerlukan kemampuan dalam pemecahan masalah. Cara berpikirnya cukup sistematis, sehingga alur berpikirnya juga akan mudah dipahami. Kemampuan khususnya pada tugas-tugas numerik dan administrasi umum termasuk rata-rata, demikian juga kecermatannya dalam mengadakan pengamatan.

Sementara gambaran pribadinya ditunjukkan dengan kepercayaan diri yang cukup berkembang. Demikian juga tanggungjawab dan kemampuannya dalam membina hubungan dengan orang lain. Dalam hal yang terakhir, diwarnai dengan kesediaan untuk berafiliasi dan untuk memahami orang lain. Hanya saja, subyek kurang memiliki kesediaan untuk membantu kesulitan orang lain dengan sukarela (-________-). Subyek juga termasuk kurang mengembangkan stabilitas emosi yang memadai. Ia akan memungkinkan untuk mudah berubah oleh pengaruh ataupun situasi sekitarnya. Termasuk pada situasi stres, cara dan hasil kerjanya akan memungkinkan untuk menurun. Dengan memperhatikan cara kerjanya, ditunjukkan dengan tempo kerja yang tinggi, hanya saja ketelitian kerjanya kurang terjaga.

Secara motivasional, subyek dapat diharapkan untuk selalu berupaya meraih yang terbaik yang mampu dilakukan. Disertai dengan sikap kerja yang disiplin, tertib dan tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia juga menunjukkan inisiatif yang cukup tinggi, dan akan lebih menikmati tugas-tugas yang variatif, yang memungkinkannya untuk selalu menemui ataupun mengalami hal-hal baru. Ia akan cukup terbuka terhadap masukan ataupun perubahan.

hohoOOOoo untuk Rp. 150.000 lumayan juga sih tapi ngga dicantumin aku cocoknya kerja d bagian apa.. huhuhuuu padahal pengen tau menurut psikotes aku cocoknya kerja di bagian apa.. dan hasilnya juga lumayan lama keluarnya.. hmmmmmm sepertinya sekali ini saja nyobain tes psikotes yang bayar sendiri..

akhir kata ngutip dari judul lagunya bondan ft. Fade2Black
ya sudahlah...............

Minggu, 22 Agustus 2010

Cara Abu Nawas Merayu Tuhan

Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya dengan ringan.

Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.

“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.

“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.

“Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.

“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai. Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.

Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama. “Manakah yang lebin utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ktiga itu lagi.

“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” ujar Abu Nawas kalem. Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.

***

Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu. “Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” katanya tidak mengerti.

Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.

“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.

“Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.

“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.

“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.

“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” tanyanya.

“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.

“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.

“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” ujar Abu Nawas.

“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.

“Doa itu adalah, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.” (Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar).

Banyak orang yang mengamalkan doa yang merayu Tuhan ini.

Jumat, 16 Juli 2010

berapa harganya seorang pria baik-baik?

berapa harganya seorang pria baik-baik?
pria yang berkata dan berbuat yang benar..
pria yang bisa menjaga amanah..
pria yang mempunyai prinsip di dalam hidupnya..

berapa harganya seorang pria baik-baik?
jika harganya 10 ribu saya mau beli yang banyak..
sebagai hadiah untuk teman perempuan saya..
jika harganya 100 ribu saya akan membeli beberapa..
akan saya perlakukan seperti koleksi benda antik..
hanya bisa dilihat tanpa bisa disentuh..
jika harganya 1 juta saya akan menabung dulu..
karena uang saya belum mencukupi sejumlah itu..

berapa harganya seorang pria baik-baik?
semakin jarang saya melihatnya..
semakin sedikit jumlah mereka..
semakin langka saya menemukannya..

jadi beritahu saya..
berapa harganya seorang pria baik-baik?

Rabu, 07 Juli 2010

Ayo Belajar Mengucapkan “Saya Tidak Tahu”

Disamping golongan pengingkar sunnah yang menolak hadits-hadits shahih dengan akal dan hawa nafsunya, adapula golongan yang “sok tahu“. Mereka berbicara tanpa ilmu. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Dajjal akan keluar dari segitiga bermuda, Dajjal adalah Amerika karena memandang dengan sebelah mata, Ya’juj dan Ma’juj adalah pasukan mongol, dan lain-lain.

Maka pada edisi kali ini akan kami bawakan dalil dan ucapan para shahabat dan ulama’ yang membimbing kita untuk belajar mengatakan “tidak tahu” terhadap hal-hal yang memang tidak diketahui, apalagi pada perkara-perkara yang ghaib yang tidak ada perincian dan penjelasannya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung-jawabannya” (Al-Isra:36)

Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu Wata’ala mengajarkan pada kita agar tidak berbicara tentang sesuatu kecuali dengan ilmu. Apalagi jika masalah itu berkaitan dengan Dzat Allah, perbuatan Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya, ataupun perkara-perkara yang belum terjadi dan yang akan datang seperti tanda-tanda hari kiamat, hari kebangkitan, hisab, surga dan neraka, ataupun yang selainnya.

Dalam masalah-masalah tersebut, kita tidak mungkin bisa mengetahuinya dengan panca indera atau akal kita. Kita hanya mengetahui sebatas apa yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shahih sesuai dengan apa yang dipahami oleh para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

Muadz Bin Jabbal Radhiyallahu ‘Anhu ketika ditanya oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alahi Wasallam tentang sesuatu yang tidak diketahui, maka beliau menjawabAllahu wa Rasuluhu a’lam. Disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Mu’adz Bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu. Ketika Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata pada Muadz: “Ya Muadz tahukan engkau apa hak Allah di atas hambaNya? Muadz menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu”. Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), “Hak Allah di atas hambaNya adalah agar mereka beribadah kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun”. Kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata lagi, “Tahukah engkau apa hak mereka jika telah menunaikannya? Muadz menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu”(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Ini menunjukkan adab seorang shahabat ketika ditanya dengan sesuatu yang tidak dia ketahui, mereka mengatakan “Allah dan RasulNya lebih tahu” *.

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri pun diajarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk menjawab “Wallahu a’lam” ketika ditanya tentang ruh, karena itu urusan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan mereka bertanya kepadamu tentang urusan ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra:85).

Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tidak malu untuk mengatakan “tidak tahu” pada perkara-perkara yang memang Allah tidak turunkan ilmu kepadanya. Atau beliau menunda jawabannya hingga turun jawaban dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Hikmah dari jawaban-jawaban beliau Sholallahu ‘Alaihi Wasallam ini adalah: kaum Yahudi dan Musyrikin mengetahui betul bahwa Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengucapkan dari hawa nafsunya, melainkan dari wahyu Allah yang diturunkan kepadanya. Jika ada keterangan wahyu dari Allah beliau jawab, dan jika tidak maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam menundanya.

Imam Asy-Sya’bi Rahimahullah pernah ditanya dalam suatu masalah. Beliau menjawab, “Saya tidak tahu”. Maka si penanya heran dan berkata, “Apakah kamu tidak malu mengatakan “tidak tahu”, padahal engkau adalah ahlul fiqh negeri Iraq?” Beliau menjawab, “Tidak, karena para malaikat sekalipun tidak malu mengatakan tidak tahu, ketika Allah tanya: “Sebutkan kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar!”(Al-Baqoroh:31). Maka para malaikat menjawab: “Mereka menjawab: Mahasuci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqoroh:32) (Lihat ucapan Imam Asy-Sya’bi dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhili (2/51) melalui Hilyatul ‘Alimi al-Mu’alim karya Salim bin Ied Al-Hilali).

Dakwah ini adalah menyampaikan apa yang Allah turunkan dan apa yang Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam jelaskan. Bukan buatan sendiri, berpikir sendiri, atau memberat-beratkan diri dengan sesuatu yang tidak ada ilmu padanya. Allah berfirman (yang artinya),“Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kalian atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri). Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” (Shaad:86 – 88)

Karena ayat inilah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu marah ketika ada seseorang yang berbicara tanda-tanda hari kiamat dengan tanpa ilmu. Beliau Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Barangsiapa yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa yang tidak memiliki ilmu maka katakanlah “Wallahu A’lam!” Karena sesungguhnya Allah telah mengatakan pada nabiNya: Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kalian atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri).(Atsar riwayat Ad-Darimi juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi juz 2/51; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 797; Al Khatib Al Baghdadi dalam Al Faqiih wal Mutafaqih; melalui nukilan Hilyatul Alimi Al-Mu’allim, hal 59)

Demikian pula Abu Bakar Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu ketika ditanya tentang tafsir suatu ayat yang tidak beliau ketahui, beliau menjawab, ” Bumi mana yang akan aku pijak, langit mana yang akan menaungiku, mau lari kemana aku atau apa yang akan aku perbuat kalau aku mengatakan tentang ayat Allah tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki” (Atsar riwayat Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi, juz 2/52; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 792; lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’allim, hal 60).

Diriwayatkan ucapan yang semakna dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, dan juga dinukilkan dari para shahabat oleh para ulama setelahnya seperti Maimun Bin Mihran, Amir Asy-Sya’bi, Ibnu Abi Malikah, dan lain-lain. (lihat sumber yang sama halaman 60).

Pernah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang satu masalah, kemudian beliau menjawab, “Aku tidak mempunyai ilmu tentangnya” (padahal saat itu beliau sebagai khalifah -red). Beliau berkata setelah itu, “Duhai dinginnya hatiku” (3X). Maka para penanya berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin apa maksudmu?”. Ali Bin Abi Thalib menjawab, “Yakni dinginnya hati seseorang ketika ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui”. Kemudian ia menjawab, “Wallahu A’lam”.(Riwayat Ad-Darimi 1/62-63; Al Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih, juz 2 hal 71; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 794 dari jalan yang banyak. Lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’alim hal 60).

Kejadian yang sama juga terjadi pada Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau ditanya, “Apakah bibi mendapat warisan?”. Beliau menjawab saya tidak tahu. Kemudian si penanya berkata, “Engkau tidak tahu dan kamipun tidak tahu, lantas…?”. Maka Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Pergilah kepada para Ulama di Madinah, dan tanyalah kepada mereka”. Maka ketika dia (si penanya -red) berpaling, dia berkata, “Sungguh mengagumkan Abu Abdirrahman (Yakni Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu) ditanya sesuatu yang beliau tidak tahu, beliau katakan: Saya tidak tahu”. (Riwayat Ad-Darimi 1/63; Ibnu Abdi Abdi Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi; Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih juz 2 hal 171-172; Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal, 769. Lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’allim ha 61).

Datang seseorang kepada Imam Malik Bin Anas Rahimahullah, bertanya tentang satu masalah hingga beberapa hari beliau belum menjawab dan selalu mengatakan “saya tidak tahu”. Sampai kemudian orang itu datang dan berkata, “Wahai Abu ‘Abdillah, aku akan keluar kota dan aku sudah sering pulang pergi ke tempatmu (yakni meminta jawaban)”. Maka Imam Malik menundukkan kepalanya beberapa saat, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Masya Allah Hadza, aku berbicara adalah untuk mengharapkan pahala. Namun, aku betul-betul tidak mengetahui apa yang kamu tanyakan.” (Riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilya, 6/323; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi 2/53; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 816; Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih 2/174; lihat Hilyatul ‘Alimi al Mu’allim, ha 63).

Dari beberapa ucapan di atas, kita diperintahkan untuk menyampaikan apa yang kita ketahui dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan dilarang untuk berbicara pada sesuatu yang tidak kita ketahui. Sebagai penutup kita dengarkan nasehat seorang Ulama’ sebagai berikut:

“Belajarlah engkau untuk mengucapkan ‘Saya tidak tahu’. Dan janganlah belajar mengatakan ’saya tahu’ (pada apa yang kamu tidak tahu -red), karena sesungguhnya jika engkau mengucapkan ’saya tidak tahu’ mereka akan mengajarimu sampai engkau tahu”. Tetapi jika engkau mengatakan ‘tahu’, mereka akan menghujanimu dengan pertanyaan hingga kamu tidak tahu”.(Jami’ Bayanil ‘Ilmi 2/55 melalui nukilan Hilyatul ‘Alim Al-Mu’allim, Salim Bin Ied Al-Hilaly, hal 66)

Perhatikan pula ucapan Imam Asy-Sya’bi Rahimahullah, “Kalimat ’saya tidak tahu’ adalah setengah ilmu”. (Riwayat Ad-Darimi 1/63; Al-Khatib dalam Al-Faqih Wal Mutafaqih juz 2/173; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 810. Lihat Hilyatul ‘Ilmi Al-Mu’allim ham 65)

Maka kalau seseorang ’sok tahu’ tentang sesuatu yang tidak ada ilmu padanya, berarti bodoh di atas kebodohan. Yakni bodoh tentang ilmunya dan bodoh tentang dirinya. Wallahu a’lam.

*)Jawaban di atas di ucapkan jika pertanyaanya berkaitan dengan masalah syari’at. Namun jika masalahnya berkaitan dengan masalah taqdir dan sejenisnya, jawabanny cukup dengan “Wallahu A’lam”. Karena Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sendiripun tidak mengetahuinya. (Demikianlah yang kami dapatkan dari Syaikh Utsaimin dari majelisnya)

penulis : Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed

Sumber: Buletin Dakwah Manhaj Salaf edisi 74/tahun II

Selasa, 29 Juni 2010

tHe bLuE pLanEt

Hari air memang sudah lewat tanggal 22 Maret yang lalu, tapi aksi hemat air nggak pernah ada batasnya. Cari tahu tips hemat air yang bisa kamu lakukan di rumah, biar julukan "Planet Biru" terus berlaku untuk bumi kita.

Mandi pake shower atau gayung bisa sama iritnya. Hitungannya, 30 gayung air setara dengan volume air yang mengalir dari shower selama 5 menit. The less you use it, the better.


Tampung air bekas membilas piring atau pakaian untuk menyiram toilet. Biasanya, air bilasan terakhir masih cukup bersih dan hanya menyisakan sedikit busa yang bisa disingkirkan dengan mudah.

Seperti kata iklan sebuah merk deterjen, banyak busa bukan berarti lebih bersih, lho. Busa dari sabun dan shampoo yang mengandung bahan kimia justru bisa mencemari air tanah. Jadi, pakai sabun dan shampoo secukupnya saja ya.

Lupakan berendam di bathtub karena kegiatan ini merupakan pemborosan air besar-besaran. Air di bathtub yang terisi penuh bisa dipakai untuk mandi berkali-kali. Lagipula, kamu masih perlu air bersih untuk membasuh tubuhmu setelah selesai berendam.

Dibutuhkan energi listrik atau gas tambahan untuk memanaskan air agar suhunya sesuai dengan keinginan kita. Kalau nggak terpaksa, mandi pakai air dingin saja biar segar sekalian.



UNESCO memprediksi bahwa pada tahun 2020 dunia akan mengalami krisis air global.

THE FACT!!!
  • 2/3 bagian bumi terdiri dari air, tapi hanya 3% yang bisa langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan hanya 1% yang aman untuk diminum. 97% sisanya adalah air asin dari laut.
  • Tidak hanya bumi, 2/3 bagian tubuh kita pun terdiri dari air.
  • Saat kamu merasa haus, ternyata kamu baru kehilangan 1% dari jumlah air dalam tubuhmu.
  • Makhluk hidup hanya bisa bertahan 3 hari tanpa air.
  • Hampir 1/2 penduduk dunia menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air atau air yang tercemar.
  • 1 dari 4 orang di dunia kekurangan air minum.
  • 1 dari 3 orang tidak mendapat sarana sanitasi yang layak.
  • Di Indonesia daerah rawan krisis air bersih di pulau Jawa adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
  • Sumur diperkirakan akan mengalami krisis air bersih yang sangat hebat pada tahun 2015.

Sebagai generasi muda kita harus ikut andil dalam aksi penghematan air. Karena toh dampaknya akan dirasakan oleh generasi yang akan datang alias anak dan cucu kita jika kita tidak menghemat penggunaan air bersih dari sekarang.

*wakakakakaakkk sok tua banget bahasanya -.-


HIDUP HEMAT AIR!!!